INDONESIA adalah kupu-kupu Malino, bersayap warna-warni, esotik, yang sudah lama diawetkan, dan dijual kemana-mana. Sahabat saya, seorang akademisi Universitas Hasanuddin, mengutip pernyataan metaforik mahasiswanya, ketika berbicara pada sebuah diskusi. Pekan lalu, kami terlibat dalam sebuah diskusi dan peluncuran buku "Ketimpangan Pembangunan di Indonesia", di sebuah ruangan yang sejuk, di Jalan Sultan Hasanuddin, Makassar. Arah diskusi tentu saja tidak sekedar membincangkan kembali ketimpangan yang diawetkan, akan tetapi konteks diterbitkannya buku ini sesungguhnya untuk membongkar: mengapa ketimpangan yang terjadi mengalami percepatan dalam sepuluh tahun terakhir ini. Melalui pertanyaan besar: adakah pola yang ajeg yang membuat ketimpangan selalu berada dalam masyarakat? Apakah ketimpangan meningkat seiring dengan ekspansi ekonomi? Lembar-lembar pertama buku ini, diisi dengan nuansa pemikiran filsafat para pemikir besar. Halaman selanjutnya, kaya dengan data dan tabel...
Setiap kisah adalah kisah perjalanan - praktik spasial (Michel de Cherteau)