“ The beginning of the conquest and looting of East Indies … signalized the rosy dawn of the era capitalist production ”[1] SETUJU berlari kencang menembus kegelapan. Saya dibuatnya sesekali terguncang-guncang. Angin malam menyergap masuk melewati rongga atas pintu belakang. Setuju, demikian nama otobis kelas ekonomi, non-AC, berwarna putih kusam, melayani trayek Malili-Makassar. Bis berangkat jam lima sore dari Malili, Luwu Timur, tiba di perempatan lampu-merah Pasar Daya, Makassar, jam empat pagi esok harinya. Saya dan seorang kawan naik bis Setuju d ari Senga, Belopa, malam itu . Sebelumnya, kami baku-tawar ongkos dengan kenek bis, dari 80 ribu turun menjadi 60 ribu rupiah sampai ke Makassar. Sebagian besar bangku bis diisi orang Pangkep. Mereka, para pekerja tambak di pesisir Teluk Bone yang mengapit Tana Luwu. Sedikit diantaranya, adalah kerabat pemilik warung sop daging sapi ...
Setiap kisah adalah kisah perjalanan - praktik spasial (Michel de Cherteau)