Skip to main content

Posts

Showing posts from June, 2014

Dramaturgi Superpippo, 17 Hari Menuju Kotak Suara

"Orang ini pasti lahir dalam posisi offside" (Sir Alexander Chapman Ferguson, Pelatih Manchester United 1986-2013, wikipedia) BANYAK orang tahu, yang dimaksud Ferguson adalah, Fillipo Inzaghi, mantan striker Italia. Kalau kita searching melalui google, cukup banyak cerita yang mengenai sosok Inzaghi, atau kita bisa menonton aksinya melalui youtube. Lelaki kelahiran Piacenza, Italia, 9 Agustus 1973, ini memang memiliki daya tarik orang berkomentar. Kisah yang kerap kali muncul, Inzaghi digambarkan jauh dari tipikal ideal seorang pemain depan, tubuhnya ringkih, kerempeng ─Jaap Stam, mantan pemain belakang asal Belanda, bilang: sedikit saja dia disentuh, maka dia jatuh seperti terkena peluru, kecepatannya ( sprint ) payah, teknik ( skill ) di bawah standar, apalagi bicara soal talenta. Johan Cruyff, pemain legendaris dan pelatih Belanda, meledek Inzaghi sebagai orang "yang benar-benar tidak bisa bermain sepak bola sama sekali". Inzaghi dikenal suka melakukan  d

Pemilu di Negara-Pasar (Belajar dari Pemilihan Legislatif di Makassar)

I think I can say, and say with pride that we have some legislatures that bring higher prices than any in the world (Mark Twain, penulis) - Speech 7/4/1873 BELAKANGAN ini, orang-ramai membicarakan transaksi politik, sekaitan peristiwa pemilihan legislatif tempo hari. Transaksi politik bagian yang tidak terpisahkan dalam politik distributif, sebagai arena pengalokasian dan distribusi sumberdaya. Di ujung pembicaraan adalah soal klientelisme ( clientela ), atau kalau boleh saya sederhanakan sebagai: perdagangan-suara ( vote-trafficking ). Tahun-tahun terakhir ini, terjadi lonjakan jumlah penelitian klientelisme dan memperoleh perhatian banyak orang. Perkara klientelisme memang menarik minat para ahli politik sejak akhir 1960-an. [1]  Jika diuraikan lebih lanjut, studi klientelisme memiliki tahapan perkembangan “penjelasan” dari wilayah tradisional agraris sampai dengan respon terhadap demokrasi perwakilan pada saat ini. [2]  Misalnya, pernyataan bahwa: orang miskin lebih cenderung

Revolusi Keserakahan (From the Green Revolution to the Greed Revolution)

“Food is not a commodity like others. We should go back to a policy of maximum food self-sufficiency. It is crazy for us to think we can develop countries around the world without increasing their ability to feed themselves ”   AKHIR Maret 2013, saya diundang Aliansi Jurnalis Indonesia, mendiskusikan soal: keadilan pangan ( food justice ). Saya sungguh beruntung dapat menemani kawan jurnalis mendiskusikan satu dari tiga hal penting bagi manusia: pangan, air, dan energi. Diskusi ini seperti pengingat akan tanda-bahaya ( alarm ) atas masa depan kita: ketersediaan pangan dan air yang tidak dapat dijangkau akan memantik kerusuhan di dunia. Bukankah dunia kita sekarang dirabuk, dipupuk, bahkan dikeringkan oleh represi, resesi, korupsi, sengketa, dan keabadian permusuhan kuno fundamentalisme. Jauh sebelum adanya politik roti dan sirkus Romawi, para penguasa takut akan ancaman massa-rakyat yang kelaparan. Seberapa pentingkah isu pangan itu. Perbincangan kejadian ( event ) lonjakan har